|
|
|
Alhamdulillah jalannya pernikahan berjalan lancar... silahkan melihat foto-foto pernikahan kami... ^^
|
|
|
SAHABAT saya Manager Grapari Telkomsel Tegal Gatot Priyo Utomo mengirimkan sebuah SMS yang sangat inspirasional. SMS tersebut berbunyi, "Aku minta pada Allah setangkai bunga segar, Ia beri aku kaktus berduri. Aku minta pada Allah
binatang mungil nan cantik, Ia beri aku ulat berbulu. Aku sedih, aku protes dan kecewa. Betapa tidak adilnya ini.
Kemudian SMS itu dilanjutkan, namun kemudian kaktus itu berbunga indah. Indah, bahkan sangat indah. Dan ulat itu pun tumbuh dan berubah menjadi kupu-kupu yang amat cantik. Itulah jalan Allah, indah pada waktunya. Allah tidak memberi apa yang kita harapkan. Tapi Ia memberi apa yang kita perlukan. Kadang kita sedih, kecewa, terluka. Tapi jauh di atas segalanya, Ia sedang merajut yang terbaik untuk kehidupan kita.
Luar biasa, seketika itu juga saya seolah terjaga dari tidur panjang, sadar sesadar-sadarnya. Selama ini terlalu banyak keinginan-keinginan dan daftar panjang yang senantiasa kita mohon kepada Yang Kuasa. Memang tidak salah kita meminta ini dan itu, sah-sah saja untuk ukuran manusia kepada Penciptanya.
Tapi bila melihat sisi lain ternyata keinginan kita tidak selamanya mendukung kepada tujuan-tujuan luhur kita. Dalam cerita lain disebutkan, ada seseorang yang hendak terbang ke London untuk pertama kalinya lewat Bandara Cengkareng. Tapi karena jalanan Jakarta cukup macet, maka terlambat tiba di Bandara. Ekspresinya tidak tanggung-tanggung, dia marah-mara kepada petugas bandara yang ada di dekatnya. "Saya baru pertama kali terbang ke London, tapi mengapa tiba di sini pesawat sudah terbang. Saya sangat kecewa hari ini," tuturnya bersungut-sungut.
Selang 15 menit kemudian terdengar kabar bahwa pesawat dengan tujuan London meledak di udara karena sesuatu hal. Kabar tersebut sampai juga ke Bandara dan menjadi pembicaraan dari mulut ke mulut. Mendengar berita tadi, berubah mimik orang yang marah-marah tadi. Ia bahkan termenung, diam dan kaget. Mungkin dalam hatinya berkata, kalau saja dia terbang ke London, kalau saja dia tepat waktu, kalau saja jalanan tidak macet, tentu dia tinggal cerita, dia tinggal puing-puing belaka.
Selama ini kebanyakan di antara kita terlalu banyak berburuk sangka kepada Tuhan. Ketika Tuhan menurunkan cobaan kita anggap Tuhan tidak sayang kepada kita, ketika Tuhan mengetes kesabaran kita, kita anggap Tuhan tidak adil, ketika Tuhan memberikan ujian, kita bilang Tuhan memang sudah lupa kepada makhluknya. Apakah kebaikan itu adalah sesuatu yang hadir kepada kita dan dirasakan enak hanya oleh fisik kita? Lantas kalau ada sesuatu yang tidak mengenakkan kita baik pembicaraan, situasi, dll apakah itu lantas merupakan kejadian yang tidak baik untuk kita?
Kacamatanya harus diubah dulu. Kalimat yang harus diungkapkan adalah, segala sesuatu yang datang kepada kita adalah hal-hal baik yang bisa meningkatkan kualitas diri kita walaupun terasa tidak enak. Jangan dari proses yang kita lihat, tapi tujuan akhir yang mesti dilihat. Mendaki gunung yang terjal dan berliku membutuhkan waktu dan tenaga yang lumayan banyak, tapi kalau sudah sampai di puncak, segala rasa capek, lelah itu hilang seketika.
Demikian halnya ketika kita menghadapi apapun bentuk kesulitan di dalam hidup ini, anggaplah hal itu sebagai bentuk latihan, training, ujian untuk mencapai peringkat lebih tinggi lagi, untuk naik tingkat di dalam universitas kehidupan ini. Yang lulus dengan baik, jangan heran kalau bisa memperoleh predikat cum laude atau summa cum laude.
Kalau melihat ilmu neuro linguistic programming (NLP) sebenarnya segala sesuatu yang terjadi di depan kita itu sifatnya netral. Persepsi dari pikiran kitalah yang menjadikan sesuatu itu bermakna positif atau negatif. Artinya, kita dapat mengarahkan (memprogram) pikiran kita kepada yang baik maupun yang tidak baik atas segala kejadian yang menimpa kita. Yang terbaik untuk kita adalah, kita mempersepsikan segala sesuatu yang terjadi adalah dari kacamata yang baik. Bahasa agamanya adalah, di balik segala peristiwa itu terkandung hikmah, pelajaran yang berharga. Tapi tidak semua manusia mampu menyingkap hikmah tadi.
Dengan demikian, tidak ada alasan lagi berkeluh kesah, merasa hidup ini sulit, menilai Tuhan tidak adil, melihat orang lain jauh lebih bahagia sementara kita menderita dan hal-hal negatif lainnya. Segala peristiwa yang datang kepada kita dilengkapi dengan pelajaran, nilai dan spirit yang bermanfaat untuk kita sendiri. Kalau kita tidak merasakan yang tidak enak,
sudah tentu kita tidak akan menghargai yang enak. Kalau setiap saat kita selalu merasa nyaman, maka kenikmatan itu dirasakan sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Akibatnya kita akan lupa bersyukur terhadap segala nikmat yang sudah diberikan.
Hidup ini indah, hidup ini nikmat, hidup ini merupakan journey, perjalanan panjang yang sangat mengasyikkan bagi yang dapat menemukannya. Ibarat berselancar di pantai, meliuk-liuk di antara ombak, bagi yang sudah mahir tentu merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Bagi yang baru belajar bisa saja tenggelam di antara ombak, tapi lama kelamaan ketika sudah mahir, malah kita yang mengendalikan ombak tadi.
Sangat banyak percikan-percikan hikmah yang bertaburan setiap hari dalam hidup ini. Tapi ada yang bisa melihat, dan ada pula yang tidak dapat melihat hikmah-hikmah tadi. Diperlukan kepekaan hati dan kejernihan pikiran untuk menangkap semua peristiwa tersebut. Dengan persepsi bahwa segala hal yang terjadi pada kita adalah yang terbaik untuk kita, maka diri kita akan sangat berbahagia, sangat senang, sangat menikmati hari-hari yang dilalui.
Rasa syukur pun terpancar dari kata-kata dan hari kita atas segala nikmat yang sudah dilimpahkan. Inilah inti hidup yang harus dijalani. Kalau kita sudah bisa menjalani hidup dengan bahagia dalam berbagai keadaan, maka kita sudah bisa menemukan spirit hidup yang sebenar-benarnya. Tapi jangan lupa untuk senantiasa menjaga kesadaran bahwa kita adalah makhluk yang harus terus belajar, dan jangan sampai lupa diri walaupun kita sudah mendapatkan banyak hal dari dunia ini. Semoga kita menjadi manusia yang selalu bersyukur. Amien.
Penulis : Ade Asep Syarifuddin, e-mail : asepradar@gmail.com
|
|
|
|
|
|
|